Minggu, 19 September 2021

Dunia dalam Gelembung



Kita hidup di era sekarang, Era Refolusi Industri 4.0, tanpa disadari Kita hidup di dunia dalam gelembung. 

Kita menggelembungkan segala yang ada, sehingga hampir semuanya kehilangan akar realitasnya, dan tampak berlebihan. Pada akhirnya, kita pun kehilangan pegangan pada realitas yang sesungguhnya, dan hidup dalam kebohongan.

Para pemikir sosial kritis tentu akan bertanya, apakah mungkin, kita mengetahui realitas yang sebenarnya? Bagi mereka, setiap pengamatan dan setiap pendapat selalu berbalut satu teori dan sudut pandang tertentu, sehingga tak pernah bisa sungguh mutlak, dan tak pernah bisa sungguh menangkap, apa yang sesungguhnya terjadi.

Jacques Derrida, filsuf asal Prancis, bahkan berpendapat, bahwa apa yang dapat kita ketahui hanyalah jejak dari relitas, dan bukan realitas itu sendiri. Maka dari itu, kepastian pengetahuan pun hanya ilusi. Orang yang merasa pasti, bahwa ia mengetahui sesuatu, berarti ia hidup dalam ilusi, karena ia tidak bisa membedakan antara jejak dari realitas, dan realitas itu sendiri.

 Argumen ini memang masuk akal, dan memiliki kebenarannya sendiri. Akan tetapi, pada hemat saya, kita dapat mengetahui realitas yang sebenarnya, walaupun pengetahuan itu tidaklah mutlak, karena realitas itu berubah, maka pengetahuan manusia pun juga harus berubah. 

Di dalam filsafat pengetahuan, dinyatakan dengan jelas, bahwa syarat pertama kebenaran adalah kesesuaian antara kata, pikir, dan kenyataan. Syarat ini, pada hemat saya, bisa digunakan untuk menanggapi argumen di atas, bahwa pengetahuan kita itu relatif, dan kita hanya dapat mengetahui jejak dari realitas, dan bukan realitas itu sendiri.

Sampai titik tertentu, manusia mampu menciptakan kesesuaian antara kata, pikir, dan kenyataan. Pada titik ini, gelembung adalah elemen yang membuat kita tak mampu melihat realitas, tetapi hanya bentuk hiperbolis (berlebihan) dari realitas yang ada.

Tidak ada kesesuaian antara kata, pikir, dan kenyataan, karena kenyataan tertutup oleh gelembung, yang membuatnya seolah lebih, dari kenyataannya. Dalam bahasa gaul, gelembung ini bisa juga dibilang sebagai lebay

5 Kapasitas Dasar Pemerintah Desa

 OlehJhoel Jahapay

 

5 Kapasitas dasar yang sebenarnya harus dimiliki oleh pemerintah desa Khususnya Kepala Desa dalam rangka untuk bisa mengelola aset desa termasuk dana desa secara baik

1. Kapasitas Regulasi

Kemampuan seorang kepala desa untuk memahami aturan sekaligus memproduksi aturan

2. Kapasitas Ekstraktif

Kemampuan seorang kepala desa untuk mengekstraksi sekecil apapun potensi yang ada di desa.

3. Kapasitas Distributif

Kemampuan seorang kepala desa untuk membagi kewenangan, karena kewenangan yang diberikan oleh negara melalui undang-undang desa itu sangatlah banyak, ada sekitar 120 kewenangan berskala lokal desa yang kemudian pemerintah desa yang tentunya tidak mungkin mengelola itu semua sehingga, harus membuka ruang-ruang partisipasi untuk melibatkan warga desa melalui lembaga-lembaga Desa.

4. Kapasitas Responsif

Kemampuan tanggap terhadap kebutuhan maupun permasalahan yang dihadapi oleh warga desa.

5. Kapasitas Jaringan

Karena tidak mungkin pemerintah desa menyelesaikan permasalahan secara sendiri.

5 kapasitas ini yang sering kali diabaikan, sehingga 5 kapaitas ini tidak kemudian menjadi satu perhatian penting pemerintah desa.

RUMAH BIRU YANG PENUH CERITA

Oleh: Indah Tetiray Hai anak-anak muda Pernakah terpikirkan olehmu akan nasib masa depanmu? Jikalau engkau memikirkannya Selipkan sebuah wad...