Jumat, 13 Maret 2020

Refleksi Problem Sosial

Saya bukan salah satu dari banyak orang cendikiawan. Tapi kemampuan dalam membaca situasi dan kondisi dapat saya simpulkan

Problem sosial merupakan tanggungjawab bersama. Jangan memposisikan seseorang dari kekuasaan, jabatan, pengatahuan atau kemampuan retorika yang sangat pantas untuk menuntaskan problem sosial.

Semua yang terlibat dalam satu kesatuan serta terstruktur dalam sebuah wadah ini bisa saja mampu menuntaskan problem hari ini. Tanamkan keyakinan dalam diri. Senjata ini cukup ampuh dalam berbagai konteks.

Tidak mempunyai pengaruh dalam arti kekuasaan atau sifat kharismatik namun keyakinan yang kuat sangat berpeluang jika sejalan dengan niat baik tentunya.

Untuk itu jangan mudah mengecap stigma pada orang yang mempunyai kekuasaan atau mungkin orang yang tidak sama sekali berperan dalam dinamika perubahan. Karena setiap orang punya rencana sendiri dalam menerapkan idenya.

Ciri negatif itulah yang mengakibatkan kognisi sosial kita ambruk. Kemampuan mencernah perasaan dan kesadaran tidak lagi terkontrol. Akibatnya timbul polemik-polemik yang bebas berkeliaran di lini masa.

Sangat disayangkan. Hidup ini tidak rumit, kita saja yang merumitkan. Hidup ini indah, kita saja yang tidak mengindahkan.

Saya akhiri tulisan ini dengan mengutip kata-katanya Mbak Najwa Shihab. "Indonesia butuh anak muda yang ber-peran, bukan baperan.

Hehe, salam literasi.

Kamis, 12 Maret 2020

Antara Perdebatan yang sehat & meresahkan

Rahmadi Abdullah


Selamat malam kawan Ku

Apa kabar semua?, Kiranya baik-baik saja.

Hangatnya dinamika tdk menyurutkan niat baik saya dalam menulis…

Akhir-akhir ini banyak sekali perdebatan yang cukup meresahkan antar sesama. Apa lagi kita tau sendiri, kemajemukan kita dalam bingkai tara miti tomi nuku.

Berbeda pandangan itu logis, karena kita menganut sistem demokrasi. Akan terasa hambar jika tidak adanya pro dan kontra.

Berargumenlah secara sehat. Tuangkan seluruh gagasan yang anda punya, Kalah menang dalam beragumen itu biasa. Jangan tidak mengakui jika anda kalah.

Buanglah ego yang berlebihan, jangan biarkan emosional menguasai pikiran jernih saudara-saudara. Kita tau, berargumen saling serang pribadi itu fatal.

Personalitas itu masalah individu. Berargumen bukan soal hujat-menghujat. Apa yang menjadi latar belakang lawanMu jangan di embat juga.

Kapasitas kita di uji dalam pertaruhan ini. Tergantung dari daya tampung yang dimiliki. Memang kemampuan mengatahui bisa saja secara intuisi, tapi harus rasional.

Cobalah meredahkan rasa sentimen. Jangan mudah terbawah perasaan. Baper yah istilahnya, hehe.

Marilah kawan, kopi kita belum dingin termakan waktu. Masih banyak hal yang belum kita ceritakan. Buanglah ego, maka ide-ide inovatif yang kita punya dapat di ceritakan sehingga terciptanya kooperatif dan korelasi untuk mewujudkan cita-cita besar yang kita konsepkan.mat
malam kawan Ku

Apa kabar semua?, Kiranya baik-baik saja.

Hangatnya dinamika tdk menyurutkan niat baik saya dalam menulis…

Akhir-akhir ini banyak sekali perdebatan yang cukup meresahkan antar sesama. Apa lagi kita tau sendiri, kemajemukan kita dalam bingkai tara miti tomi nuku.

Berbeda pandangan itu logis, karena kita menganut sistem demokrasi. Akan terasa hambar jika tidak adanya pro dan kontra.

Berargumenlah secara sehat. Tuangkan seluruh gagasan yang anda punya, Kalah menang dalam beragumen itu biasa. Jangan tidak mengakui jika anda kalah.

Buanglah ego yang berlebihan, jangan biarkan emosional menguasai pikiran jernih saudara-saudara. Kita tau, berargumen saling serang pribadi itu fatal.

Personalitas itu masalah individu. Berargumen bukan soal hujat-menghujat. Apa yang menjadi latar belakang lawanMu jangan di embat juga.

Kapasitas kita di uji dalam pertaruhan ini. Tergantung dari daya tampung yang dimiliki. Memang kemampuan mengatahui bisa saja secara intuisi, tapi harus rasional.

Cobalah meredahkan rasa sentimen. Jangan mudah terbawah perasaan. Baper yah istilahnya, hehe.

Marilah kawan, kopi kita belum dingin termakan waktu. Masih banyak hal yang belum kita ceritakan. Buanglah ego, maka ide-ide inovatif yang kita punya dapat di ceritakan sehingga terciptanya kooperatif dan korelasi untuk mewujudkan cita-cita besar yang kita konsepkan.

Selasa, 10 Maret 2020

Mengapa BUMDes mati?



Dediyanto Padasing



Ada 3 hal dasar yang membuat BUMDes mati suri:

1. BUMDes berdiri tanpa perencanaan yang baik

BUMDes bukan sebuah game yang bisa kita mainkan tanpa peduli akhirnya akan berhasil atau gagal, menang atau kalah. BUMDes berdiri bukan karena mencari keberuntungan belaka. Mendirikan dan menjalankan BUMDes harus berdasarklan kajian yang benar. Jika asal-asalan, maka hasilnya tidak akan maksimal.
Diusahakan sebelum mendirikan BUMDes aparatur Desa seperti kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tokoh masyarakat dan warga Desa melakukan musyawarah Desa untuk menyusun peraturan desa terkait BUMDes serta AD/ART BUMDes. Tidak hanya itu diusahakan semua lini membahas rencana BUMDes ke depan, terkhusus para pengurus BUMDes yang terpilih harus memiliki planning usaha apa yang potensial dikembangkan dan memiliki pasar didesa maupun di luar desa.
Dengan demikian, BUMDes dapat berdiri dengan terencana dan tersistem dengan baik. Jika memiliki rencana strategi bisnis yang jelas, seingga mampu menjadi BUMDes yang ideal.

2. Unit usaha BUMDes terkesan “Dipaksakan” dan tidak memiliki pasar

Banyak pengurus BUMDes yang tidak mampu mengurus BUMDes sehingga terkesan “asal” dalam memilih usaha BUMDes tanpa melihat prospek kedepan seperti apa, dan juga kesalahan yang sering dilakukan oleh pengurus ialah saat memilih usaha seringkali mangabaikan kemampuan SDM dan prospek pasar. Bahkan kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh pengurus BUMDes adalah BUMDes tidak memiliki usaha apa-apa, hanya ada dalam hal administrasi. 
Pemilihan usaha BUMDes haruslah disesuaikan dengan kemampuan masyarakat yang ada di Desa. Apapun jenis usaha yang dipilih, akan lebih baik dan mudah dijalankan jika BUMDes memiliki keahlian dalam usaha yang dipilih, misalnya warga desa mampu memproduksi Stick Marungga atau stick Kelor. Meskipun bukan keahlian yang profesional, setidaknya SDM tersebut memiliki pengetahuan tentang seluk beluk usaha Stick Marungga atau kelor yang akan dijalankan.
Satu hal lagi yang paling penting ialah usaha yang dilakukan BUMDes harus memiliki pasar, baik di desa BUMDes berada maupun diluar desa. Karena akan percuma membuat prodak yang bagus tetapi tidak ada pembelinya.

3. BUMDes hadir hanya sekedar mengikuti tren

Jangan hanya karena Undang-undang Desa dan juga Permendes tentang BUMDes membuat  para petinggi desa tergiur mendirikan BUMDes yang memiliki kucuran dana besar dari pemerintah. BUMDes ada bukan untuk mendapatkan dana secara Cuma-Cuma. BUMDes hadir sebagai jembatan dari pemerintah untuk memberikan peluang usaha bagi masyarakat di desa. Selain itu, BUMDes dibentuk dengan harapan dapat menjadi motor penggerak perekonomian dan meningkatkan pendapatan Asli Desa (PADes). BUMDes juga hadir untuk mengurangi pengangguran dan mengikis kemiskinan di desa, Bukan memperkaya diri atau memperkaya keluarga. Oleh karena itu, BUMDes harus memiliki strategi dan Visi-Misi yang jelas.
Jadi bagi aparatur desa, pengurus BUMDes, dan seluruh masyarakat desa harus turun tangan, ikut berjuang menjaga stabilitas usaha BUMDes, agar tidak mati suri dan dapat berjalan baik kedepannya. Usaha BUMDes harus sehat agar mendorong kemajuan ekonomi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

RUMAH BIRU YANG PENUH CERITA

Oleh: Indah Tetiray Hai anak-anak muda Pernakah terpikirkan olehmu akan nasib masa depanmu? Jikalau engkau memikirkannya Selipkan sebuah wad...